Minggu, 12/06/2016 20:34 WIB
Penulis: Tim Red Eltrapost
Jakarta - Eltrapost,
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti malu karena kebutuhan garam nasional sebanyak 80% masih diimpor, padahal luas laut Indonesia kedua terpanjang di dunia. Susi ingin agar Indonesia bisa segera swasembada garam.
Pernyataan itu disampaikan Susi saat berkunjung ke lahan pegaraman di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (12/6/2016). Di lokasi ada Gubernur NTT Frans Lebu Raya, pimpinan daerah setempat serta para pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
“Saya setahun terakhir memang teriak-teriak di Jakarta, inginnya Indonesia bisa swasembada garam, inginnya petani garam dapat harga baik. Sekarang ini petani garam panen, datang garam impor, harganya jatuh, petani garam susah. Nah ini yang sekarang sedang coba kita benahi,” kata Susi.
“Masa lautnya terpanjang kedua di dunia, kita garamnya 80% impor. Kan sedih, malu. Bapak-bapak di sini yang akan menutup malu kita. Malunya pemerintah Indonesia mudah-mudahan bisa ditolong karena Kupang ini bisa berproduksi garam yang bagus,” sambung Susi.
Dikatakan Susi, dirinya senang pegaraman di Desa Bipolo sudah akan berproduksi. KKP akan memberi dukungan penuh demi segera terwujudnya swasembada garam nasional.
Susi berharap PT Garam (Persero) sebagai BUMN bisa menjadi ujung tombak agar Indonesia mencapai swasembada garam nasional.
“Kami sebagai stakeholder kelautan akan membantu dengan teknologi bekerja sama dengan PT Garam. Saya harap kerja sama ini bisa memberikan satu milestone untuk kita bisa jalan ke depan,” ujar Susi.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Garam, Achmad Budiono yang juga berada di lokasi menyambut baik dukungan KKP. Dia optimistis pegaraman di Desa Bipolo yang seluas 400 hektar bisa memberikan hasil yang memuaskan.
“Agustus kita harapkan sudah mulai muncul garam,” ucapnya.
Menurut Achmad, Teluk Kupang potensinya sangat besar untuk dijadikan industri garam.
“400 hektar bisa menghasilkan garam 36 ribu sampai 40 ribu ton per tahun,” sambungnya.
(Sumber; Berita Jokowi)
Susi: Laut Kita Terpanjang ke-2 di Dunia Tapi 80% Garamnya Impor

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti malu karena kebutuhan garam nasional sebanyak 80% masih diimpor, padahal luas laut Indonesia kedua terpanjang di dunia. Susi ingin agar Indonesia bisa segera swasembada garam.
Pernyataan itu disampaikan Susi saat berkunjung ke lahan pegaraman di Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (12/6/2016). Di lokasi ada Gubernur NTT Frans Lebu Raya, pimpinan daerah setempat serta para pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
“Saya setahun terakhir memang teriak-teriak di Jakarta, inginnya Indonesia bisa swasembada garam, inginnya petani garam dapat harga baik. Sekarang ini petani garam panen, datang garam impor, harganya jatuh, petani garam susah. Nah ini yang sekarang sedang coba kita benahi,” kata Susi.
“Masa lautnya terpanjang kedua di dunia, kita garamnya 80% impor. Kan sedih, malu. Bapak-bapak di sini yang akan menutup malu kita. Malunya pemerintah Indonesia mudah-mudahan bisa ditolong karena Kupang ini bisa berproduksi garam yang bagus,” sambung Susi.
Dikatakan Susi, dirinya senang pegaraman di Desa Bipolo sudah akan berproduksi. KKP akan memberi dukungan penuh demi segera terwujudnya swasembada garam nasional.
Susi berharap PT Garam (Persero) sebagai BUMN bisa menjadi ujung tombak agar Indonesia mencapai swasembada garam nasional.
“Kami sebagai stakeholder kelautan akan membantu dengan teknologi bekerja sama dengan PT Garam. Saya harap kerja sama ini bisa memberikan satu milestone untuk kita bisa jalan ke depan,” ujar Susi.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Garam, Achmad Budiono yang juga berada di lokasi menyambut baik dukungan KKP. Dia optimistis pegaraman di Desa Bipolo yang seluas 400 hektar bisa memberikan hasil yang memuaskan.
“Agustus kita harapkan sudah mulai muncul garam,” ucapnya.
Menurut Achmad, Teluk Kupang potensinya sangat besar untuk dijadikan industri garam.
“400 hektar bisa menghasilkan garam 36 ribu sampai 40 ribu ton per tahun,” sambungnya.
(Sumber; Berita Jokowi)