Senin, 14/11/2022 15:16 WIB

Ada Apa Agen LPG bersubsidi Kesurupan di Kunjungi Wartawan ?

Penulis: Drs Jannus Panjaitan/Pemred
Jakarta - Eltrapost,

Ada apa dengan Agen LPG PUSKOP BINTARA METRO JAYA marah bagaikan Kesurupan ke Pemred media ini ketika  media ini  ingin menyampaikan surat konfirmasi kepada  Pimpinan koperasi ini, salah satu staf yang diduga Kepala Operasi Agen LPG 3 Kg, Bapak-Bapak yang sudah Tua, diduga mantan Polisi, kesurupan marah – marah tidak karuan   menolak menerima surat  dari media ini pimpinannya?

    Pada Jumat 11 Noverber sekitar 13.30 wib, Pemred media ini  mengantar surat ke PUSKOP BINTARA METRO JAYA yang beralamat di JL I. NGURAH RAI RT/RW; 01/15, LOKASINYA TIDAK TEPAT DI JL BESAR I.NGURAH RAI, MELAINKAN MASUK JL DARI I.NGURAH RAI SAMPING PERKANTORAN SEKITAR MALL YOGYA KLENDER, TEPAT 100 M DARI JALAN BESAR DITEMUKAN RUMAH KONTRAKAN DENGAn PLANG AGEN LPG 3 KG DENGAN MEREK PUSKOP BINTARA METRO JAYA.

    Begitu melihat alamatnya serupa dengan daftar agen LPG Tertentu (Red; Agen LPG 3 Kg) yang dikeluarakan Departemen ESDM, media ini masuk ke pekarangan, dan heran karena tidak terlihat sebagai pangkalan gas LPG 3 Kg, melainkan seperti pengecer gas LPG umum dan LPG 3 Kg saja. Di halaman itu ada Gas LPG 3 Kg tapi jumlahnya sedikit karena yang dilihat media ini lebih kurang dari 50 tabung saja yang ada, di teras rumah itu tempatnya 1 m dari halaman, ada banyak gas LPG tabung non subsidi yang warna tabungnya merah jingga dengan beberapa jenis tabung, tapi di lihat dari jumlah tabung gas yang ada secara pemikiran sederhana tempat itu   adalah warung penjualan Gas Umum dan LPG 3 Kg, bukan kelas Agen, karena bentuk lokasi dan jumlah gasnya tidak memadai.

    Setelah melihat – lihat sebentar apa ada orang yang dapat diminta informasi, dari samping rumah ada seoran Bapak keluar, diduga salah satu orang yang mengontrak, media ini langsung bertanya, apa tempat ini agen LPG milik PUSKOP BINTARA METRO JAYA, dan dimana kantornya, si Bapak tersebut menjawab, ya benar, kemudian menunjukkan salah satu rumah kontrakan sebagai kantornnya.

    Setelah ditunjukkan Bapak tersebut, media ini menuju rumah kontrakan itu dan kebetulan pintunya terbuka sedikit, kemudian kita mengetuk pintu ini dan permisi, kemudian ada suara dari dalam mempersilakan masuk, ternyata suara yang seseorang Bapak Tua, kemudian media ini menyampaikan tujuan untuk menyampaikn surat ke Pimpinan Koperasi ini, si Bapak Tua ini dengan tiba – tiba seperti kesurupan dengan suara yang sangat keras bertanya, dari media mana, setelah media memberitahu nama media ini, si Pak Tua ini makin bersuara keras sambil merapal manteranya (Red; seperti membaca ajiannya pamungkasnya),

    Selanjutnya si Pak Tua ini dengan suara keras dengan tujuan menakut nakuti media ini atau mengintimidasi media ini, Saya tidak mau menerima surat, pimpinannya tidak ada ditempat, ngapain ngirim-ngirim surat, jumpa saja langsung pimpinan kami face to face, ketika ditanya dimana pimpinannya, Pimpinan Kami di polda sana (Maksudnya; Salah satu pejabat di Polda Metro Jaya), media ini menjawab, oh, ya, karena pimpinannya di Polda nanti kalau sudah kesini nanti tolong disampaikan surat ini, dia tidak mau.

    Selanjutnya dia tetap mengoceh dengan suara keras, apa urusan wartawan ke Kami, media ini menjelaskan Koperasi ini salah satu perusahaan yang mendapat tugas mendistribusikan Gas LPG 3 Kg, kemudian dengan suara keras mmengulang pernyataannya lagi, apa urusan wartawan ke Kami, dan apa isi surat, coba di jelaskan, Kamu pikir Kami seperti si Sambo, kalau mau mengadukan Kami silahkan tetapi buktikan Kami tertangkap tangan melakukan pengoplosan ujarnya.

     Karena sudah kesal melihat si Pak Tua ini, dimana si Pak Tua ini adalah mantan Polisi Penulis atau Pemred media ini membentak dengan suara Keras ke si Pak Tua ini, apa hak Bapak mempertanyakan hak Pers dan menanyakan isi surat media ini, apa Bapak pimpinan Koperasi ini, apa Bapak sudah lebih hebat dari Presiden, Bapak Presiden saja tidak mempertanyakan Pers bila mmenyampaikan surat ke Istana Negara, dan penulis juga mempertanyakan tentang suaranya yang keras-keras, apa Bapak mau mengintimidasi Saya, jawab dulu Pak Tua, Kamu lebih hebat dari Presiden, ya, dengan suara keras, kemudian si Pak Tua ini keluar dari kantornya menuju halaman seolah-olah mau memanggil bantuan, kemudian media menanyakan kesedian seoorang staf perempuan yang ada dikantor itu agar bersedia menerima surat Kami, tapi staf itu juga tidak berani menerima surat media ini.

Melihat situasi yang kurang kondusif ini penulis pergi dan memperhatikan kantor terrsebut yang di data Kementerian ESDM adalah pangkalan Gas LPG 3 Kg tapi faktanya hanya sekelas pengecer gas LPG non subsidi dan LPG 3 Kg, dimana jumlah tabung LPG 3 Kg diperkirakan ada 50 tabun, dan tabung LPG non subsidi lebih banyak jummlah dan kapasitasnya.  ( Red; Saat mencari lokasi ini karena tidak ditemukan alamatnya di sepanjang Jl. I. Gusti Ngurah Rai, Kami bertanya ke seorang penjual Kopi di pertokoan Jl. I. Gusti Ngurah Rai dekat kantor Koperasi ini, Si Bapak ini mengatakan, dari jalan sebelah pertokoan ini ada penjuall gas mantan Polisi, tapi saya tahu kata Bapak itu, tempat itu bukan Agen Gas LPG karena jumlah Gas yang dijualnya masih kelas warung, si Penjual Kopi itu mengatakan, mantan Polisi itu kecil—kecil, kurus dan sudah tua, tapi si penjual Kopi itu heran kalau mantan Polisi itu Agen Gas LPG  Kg karena tempatnya tidak memadai untuk lokasi pangkalan Gas LPPG 3 Kg).

Jadi Pertanyaan media ini kepada pihak yang berwewenang  yang mengawasi distribusi gas LPG 3 Kg di Prov DKI Jakarta, ada apa si Pak Tua pengelola Pangkalan Gas LPG 3 Kg ini marah-marah bagaikan Kesurupan kepada media ini karena memberikan surat konfirmasi ke Pimpinan Koperasi ini? Semoga pihak-pihak terkait mau memberi penjelasan.
 ( Jannus P)